Potensi Bahan Galian Golongan C antara lain : Batu Gamping, Dolomit, Marmar, Fosfat, Trass, Andesit,Kalsit, dan Sirtu di Daerah Kabupaten Karo
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Daerah Kabupaten Karo memiliki potensi bahan galian Golongan C yang bervariasi, beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai bahan galian industri dan bahan galian konstruksi. Keberadaan potensi bahan galian di daerah ini, sebagian telah dimanfaatkan/ditambang. Berdasarkan kondisi geologi yang membentuk daerah ini, dimana menghasilkan variasi batuan, beberapa diantaranya termasuk sebagai bahan galian Golongan C.
Berdasarkan data dan informasi keterdapatan bahan galian di daerah Kabupaten Karo, terdapat beberapa potensi bahan galian golongan C antara lain batugamping, dolomit, marmar, fosfat, trass, andesit, kalsit, dan sirtu.
Keberadaan potensi bahan galian Golongan C di daerah ini masih memiliki keterbatasan mengenai jumlah cadangan yang pasti, luas sebaran dan titik-titik koordinat masing-masing bahan galian. Penentuan titik-titik koordinat bahan galian sangat penting dilakukan, yaitu untuk menentukan lokasi yang sebenarnya setiap bahan galian pada peta dasar. Dalam penyelidikan bahan galian ini, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah penentuan titik-titik koordinat setiap bahan galian yang dituangkan pada peta dasar dengan menggunakan peralatan GPS (Global Positioning System). Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yaitu pelimpahan urusan pemerintah pusat di bidang pertambangan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Sejalan dengan Otonomi Daerah tersebut, diharapkan agar Pemerintah Daerah mampu menggali sendiri dana dari sektor pertambangan bahan galian sebagai pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai pembangunan di wilayah masing-masing.
1.2. Maksud dan Tujuan.
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan lokasi keterdapatan bahan galian dengan menggunakan peralatan GPS (Global Positioning System), luas penyebaran, penggunaannya, perkiraan jumlah cadangan dan kondisi geologi umum. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk memberikan informasi dalam bentuk Sistem Informasi Geografis tentang potensi bahan galian di wilayah Kabupaten Karo kepada pihak Investor dan peningkatan usaha pertambangan dengan pedoman pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan .
1.3. Metode Penyelidikan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyelidikan bahan galian di daerah Kabupaten Karo meliputi :
1.3.1. Tahap Persiapan
- | " Mengumpulkan laporan hasil penyelidikan terdahulu sebagai data sekunder yang pernah dilakukan oleh instansi terkait. |
- | " Mengumpulkan data-data yang terkait dengan pengembangan sektor pertambangan bahan galian Golongan C. |
- | " Interpretasi peta geologi lembar Medan,skala 1 : 250.000 |
- | Lokasi penambangan harus terletak diluar daerah rawan gerakan tanah, jalur gempa kuat, bahaya letusan gunung api, banjir bandang dan sebagainya. |
1.3.2. Tahap Penyelidikan
- | " Kegiatan lapangan yakni difokuskan pada daerah yang mengandung bahan galian golongan C, yaitu melakukan peninjauan langsung ke lapangan dengan mendata antara lain : geologi umum, keadaan topografi, dan sebaran bahan galian. |
- | " Menentukan lokasi keterdapatan bahan galian, yaitu pengambilan koordinat dengan peralatan GPS pada setiap lokasi bahan galian. |
- | " Mengetahui situasi dan kondisi geologi, yaitu mengetahui keadaan topografi lokasi keterdapatan bahan galian seperti perbukitan terjal sampai sedang, kondisi jalan menuju lokasi bahan galian, perladangan, persawahan dan pemukiman. |
1.3.3. Tahap Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan akhir, yaitu mengevaluasi data-data hasil penyelidikan di lapangan dan hasil penyelidikan terdahulu. Berdasarkan hasil rangkuman diatas, maka disusunlah dalam bentuk laporan akhir yang dilengkapi dengan peta lokasi bahan galian, foto-foto lokasi bahan galian dan foto-foto keadaan topografi.
1.4. Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penyelidikan ini, antara lain :
- | " Kompas dan palu geologi |
- | " Peta topografi, skala 1 : 50.000 |
- | " Peta geologi, lembar Medan, skala 1 : 250.000 |
- | " GPS (Global Positioning System) |
- | " Loupe/kaca pembesar |
- | " Kamera |
- | " Larutan Hcl 0,1 N |
- | " Alat tulis menulis |
BAB II
KEADAAN UMUM
II. KEADAAN UMUM
2.1. Letak dan Kesampaian Daerah
Daerah Kabupaten Karo sebagai daerah penyelidikaan dapat dicapai melalui jalur darat dari Kota Medan - Berastagi - Kabanjahe dengan kondisi jalan beraspal sejauh 78 Km. Dari Kabanjahe menuju daerah-daerah ibukota Kecamatan dengan kondisi jalan beraspal, selanjutnya menuju desa lokasi bahan galian sebagian besar kondisi jalan beraspal juga, pada umumnya dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat dan dari desa tersebut ke lokasi bahan galian umumnya berjalan kaki. Secara geografi, daerah Kabupaten Karo terletak pada koordinat antara 02�50'00" - 03�19'00" Lintang Utara dan 97�55'00" - 98�38'00" Bujur Timur.
2.2. Kependudukan
Luas wilayah Kabupaten Karo 2.127 km�, jumlah penduduk 271.900 orang, kepadatan penduduk 128 jiwa/Km�, terdiri dari 10 Kecamatan dan 479 desa, letak pada 140 - 1.400 meter diatas permukaan laut, PDRB/Kapita US$ 491, beriklim tropis basah, curah hujan 1.000 - 4.000 mm/tahun, suhu udara 16�C - 27�C, kelembaban udara 82 %, mata pencaharian umumnya bertani dan berladang, sebagian pengusaha swasta dan pegawai negeri sipil. Penduduk umumnya didiami oleh suku Karo, Batak, dan Jawa.
2.3. Tata Guna Lahan
Pada penggunaan tanah di daerah penyelidikan sangat ditentukan oleh keadaan topografi, curah hujan, kesuburan tanah dan kepadatan penduduk. Daerah Kabupaten Karo pada umumnya mempunyai keadaan topografi perbukitan, dan pada beberapa bagian topografinya relatif datar. Status tanah di daerah ini pada umumnya merupakan hutan budi daya (perkebunan), sebagian hutan lindung dan Kawasan pemukiman penduduk. Daerah penyelidikan ini meliputi Kecamatan Kutabuluh, Kecamatan Laubaleng, Kecamatan Juhar, Kecamatan Payung, Kecamatan Kabanjahe, dan Kecamatan Tiga Binanga. Bahan galian pada daerah tersebut umumnya terletak pada kawasan perkebunan, semak belukar dan sebagian berada dalam Kawasan Hutan Lindung.
2.4. Iklim dan Cuaca
Daerah Kabupaten Karo pada umumnya beriklim tropis basah dengan 2 kali pergantian musim dalam satu tahun, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan cukup tinggi, suhu udara rata-rata setiap harinya antara 24�C - 26�C.
BAB III
KEADAAN GEOLOGI
3.1. Morfologi
Kabupaten Karo Morfologi Daerah Kabupaten Karo, dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi, yaitu :
3.1.1 Satuan Morfologi Dataran Rendah
Satuan ini menempati pada bagian barat laut daerah Kuta Buluh Pasar, yaitu daerah Lau Baleng, dengan ketinggian berkisar 48 - 174 meter dari permukaan laut. Di daerah ini mengalir sungai-sungai kecil dari satuan morfologi perbukitan, sehingga terjadi proses sedimentasi yang menghasilkan endapan aluvium yang cukup tebal dan subur.
3.1.2 Satuan Morfologi Dataran Tinggi
Satuan ini meliputi daerah Kecamatan Kabanjahe, Kecamatan Tiga Panah dan Kecamatan Simpang Empat dan sekitarnya, merupakan daerah dataran tinggi, berada pada ketinggian antara 1124 - 1419 meter diatas permukaan laut (Foto 1).
3.1.3 Satuan Morfologi Perbukitan
Satuan ini mengelilingi satuan dataran tinggi, yakni di sebelah selatan dan barat dengan ketinggian sekitar 1166 - 1249 meter di atas permukaan laut dengan puncak tertinggi sekitar 2451 meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Di sebelah utara dan timur merupakan perbukitan memanjang dengan ketinggian � 1690 meter diatas permukaan laut dengan puncak tertinggi sekitar 2212 meter diatas permukaan laut (Gunung Sibayak). Daerah Kabupaten Karo dan sekitarnya mempunyai pola aliran sungai pola aliran sub paralel dimana hubungan antara satu dengan lainnya terlihat sejajar. Kesejajaran tersebut kemungkinan juga dikontrol oleh sesar dan kekar yang dijumpai di daerah penyelidikan (Foto 2).
3.2. Stratigrafi
Kabupaten Karo
Stratigrafi daerah Kabupaten Karo disusun oleh batuan yang berumur Pra-Tersier, Tersier dan Kuarter yang dibagi ke dalam formasi dan satuan.
3.2.1 Batuan Pra-Tersier
a. Tapanuli Group, berumur Karbon Akhir - Perm Awal Formasi Bahorok (Pub) ; terdiri dari wake malihan, batu sabak, masif, tidak berlapis dan konglomerat malihan, berumur Karbon - Perm. Formasi Kluet (Puk) ; terdiri dari batu sabak, filit, arenit, kuarsa malihan, batugamping malihan, berumur Karbon - Perm. Anggota Batugamping Formasi Alas (Ppal) ; terdiri dari batugamping oolit atau rekristalisasi, berumur Karbon - Perm. Formasi Alas (Ppa) ; terdiri dari hornfels, sekis, gneiss dan marmar, berumur Karbon - Perm.
b. Peusangan Group ; berumur Perm Akhir - Trias Akhir Formasi Batugamping Batumilmil (Ppbl) ; terdiri dari batugamping dan rijang, berumur Perm Awal - Trias Akhir.
3.2.2 Batuan Tersier
Formasi Gunung api Haranggaol (Tmvh) ; terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik
Formasi Sibolga (Tlsb) ; terdiri dari batupasir, batulanau, batulumpur dan konglomerat, berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal
Formasi Butar (Tlbu) ; terdiri dari batupasir dan serpih berlapis selang seling, serpih minyak dan batulumpur, berumur Oligosen Awal
3.2.3 Batuan Kuarter
Aluvium (Qh) ; terdiri dari kerikil, pasir dan lempung
Pusat Sinabung (Qvsu) ; terdiri dari lava andesit sampai dasit, berumur Holosen
Satuan Sibayak (Qvba) ; terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik, berumur Holosen
Satuan Kutacane (Qpk) ; terdiri dari kerikil, pasir dan lempung, berumur Plistosen
Satuan Singkut (Qvbs) ; terdiri dari andesit, dasit, mikrodiorit, tufa, berumur Plistosen
Satuan Sibutan (Qvtsu) ; terdiri dari riolit, kemungkinan lava campuran dan piroklastika, berumur Plistosen
Tufa Toba (Qvt) ; terdiri dari riodasit sebagian teralaskan, berumur Plistosen
Satuan Takur-Takur (Qtvk) ; terdiri dari andesit, dasit dan piroklastika, berumur Plio - Plistosen.
3.3. Struktur Geologi
Berdasarkan sistem Sesar Sumatera yang memotong daerah Kabupaten Karo dengan arah barat laut - tenggara di sekitar Lau Baleng - Kutabuluh, sangat mempengaruhi terjadinya sesar-sesar lain seperti sesar Brastagi dan sesar sebelah timur Kabanjahe. Sesar Berastagi merupakan sesar basement dapat dilihat pada bagian timur Kawah Sibayak, sedangkan sesar sebelah timur Kabanjahe dengan arah timur - barat dan membatasi tufa Toba dengan aliran tufa Sibayak. Secara regional tektonik cekungan Sumatera Utara memperlihatkan adanya sesar-sesar yang terpola dengan arah utara - selatan, baratlaut - tenggara dan timurlaut - baratdaya.
BAB IV
POTENSI BAHAN GALIAN
Daerah Kabupaten Karo memiliki potensi bahan galian Golongan C, baik sebagai bahan galian industri maupun sebagai bahan galian kontruksi. Dibawah ini dapat diuraikan jenis bahan galian, lokasi dan kesampaian daerah, mutu dan cadangan serta kegunaan, adalah sebagai berikut :
a. M a r m a r :
Batuan Marmar di daerah ini, berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, keras, kompak, masif, sebagian terkekarkan kuat, terisi mineral kalsit dan oksida besi, umumnya tidak menunjukkan suatu perlapisan, ketebalan 5 - 10 meter. Batuan marmar di daerah ini membentuk perbukitan terjal, sebagian berupa perladangan dan hutan semak belukar (Foto 3,4 dan 5). Potensi bahan galian marmar di Kecamatan Kutabuluh, terdapat di desa Lau Buluh, di Kecamatan Lau Baleng, terdapat di desa Mbal-mbal Petarum dan desa Paya Mbelang, dan di Kecamatan Mardinding, terdapat di desa Lau Solu, pada umumnya dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal sampai ibukota kecamatan dan selanjutnya menuju lokasi bahan galian dengan kondisi jalan tanah dan pengerasan batuan, juga dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat. Berdasarkan hasil analisa kimia contoh marmar, memperlihatkan komposisi sebagai berikut : SiO2 = 2,30 %, TiO2 = 0,04 %, Al2O3 = 1,27 %, Fe2O3 = 75,80 %, CaO = 5,25 %, MgO = 2,14 %, MnO = 0,17 %, H2O = 13,03 %, dan analisa sifat fisik mempunyai berat jenis 2,55 gr/Cm� dan kuat tekan = 4,2 Kg/Cm� (Lokasi Lau Buluh). Perkiran luas penyebaran sekitar 14.000 Ha. Marmar terutama digunakan untuk bangunan seperti ubin lantai, dinding, papan nama, dekorasi atau hiasan, ornamen dan perabot rumah tangga seperti meja.
b. Dolomit :
Dolomit, berwarna putih keabu-abuan - kekuningan - kemerahan, keras, kompak, masif, terkekarkan, terisi mineral kalsit, sebagian lepas, sehingga mudah digali, sebagian telah mengalami pelapukan, ketebalan sekitar 5 meter. Dolomit di daerah ini membentuk perbukitan sedang, merupakan perladangan dan sebagian semak belukar (Foto 6,7,8 dan 9). Potensi bahan galian dolomit di Kecamatan Kutabuluh, meliputi desa Lau Buluh, Genting, dan Kutabuluh Gugung, di Kecamatan Payung, meliputi desa Kuta Kepar, Susuk dan Penampen, dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal. Kedua daerah kecamatan tersebut merupakan satu jalur dari arah kota Kabanjahe. Analisa kimia terhadap contoh dolomit, memperlihatkan komposisi sebagai berikut : SiO2 = 2,25 %, TiO2 = 0,57 %, Al2O3 = 5,89 %, Fe2O3 = 35,85 %, CaO = 45,43 %, MgO = 3,86 %, MnO = 0,45 %, H2O = 5,90 %, sedangkan analisa sifat fisik menunjukkan berat jenis 2,52 gr/Cm� dan Kuat tekan = 4,2 Kg/Cm� (Lokasi Lau Buluh). Perkiraan luas penyebaran 3.200 Ha. Kegunaan dolomit sangat beragam, antara lain sebagai bahan refraktori dalam tungku pemanas atau tungku pencair, sebagai pupuk (unsur Mg) dan pengatur Ph tanah, pengembang dan pengisi cat, plastik, kertas dan bahan pembuat semen sorel.
c. T r a s s :
Endapan Trass pada umumnya berwarna putih - keabu-abuan, merupakan lapisan dari endapan tufa Toba yang bersifat tufa riolitik, tidak menunjukkan suatu perlapisan. Singkapan-singkapan trass sangat mudah dilihat, umumnya pada tebing-tebing perbukitan tepi jalan. (Foto 10). Potensi bahan galian trass terdapat di desa Nari Gunung, Kecamatan Payung, dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal dengan kondisi jalan baik. Berdasarkan hasil analisa kimia contoh trass, memperlihatkan komposisi sebagai berikut : SiO2 = 4,73 %, TiO2 = 0,15 %, Al2O3 = 6,75 %, Fe2O3 = 25,40 %, CaO = 41,55 %, MgO = 1,12 %, , MnO = 0,05 %, H2O = 20,25 %, sedangkan analisa sifat fisik menunjukkan berat jenis 2,20 gr/Cm� dan kuat tekan = 1,2 Kg/Cm� (Lokasi Nari Gunung). Kegunaan trass ini biasanya sebagai bahan campuran pembuatan semen, pembuatan batako, campuran pembuatan beton, campuran plester dan tanah urug.
d. P o s f a t :
Endapan posfat di daerah penyelidikan, berupa posfat guano, berwarna coklat keabu-abuan, berbentuk serbuk, dan mudah digali. Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa endapan posfat ini pernah digali/diambil. Potensi endapan posfat terdapat di desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh. Daerah tersebut dapat ditempuh kenderaan roda empat dengan kondisi jalan beraspal, selanjutnya dari menuju lokasi bahan galian sekitar � 3 Km melalui jalan setapak. Berdasarkan hasil analisa kimia dari contah fospat, memperlihatkan Komposisi kimia sebagai berikut : SiO2 = 12,30 %, TiO2 = 0,04 %, Al2O3 = 19,27 %, Fe2O3 = 5,80 %, CaO = 25,25 %, MgO = 18,22 %, MnO = 4,17 %, H2O = 14,95 %, sedangkan sifat fisik menunjukkan berat jenis 2,25 gr/Cm� dan kuat tekan = 1,2 Kg/Cm� (Lokasi Lau Buluh). Kegunaan endapan posfat terutama sebagai pupuk, baik pupuk buatan maupun pupuk alam, dalam industri detergen, asam sulfat dan industri kimia lainnya.
e. Batugamping :
Batugamping, berwarna abu-abu - gelap - putih, keras, kompak, struktur masif, tekstur kristalin, sebagian terkekarkan kuat, terisi mineral kalsit dan oksida besi, umumnya tidak menunjukkan suatu perlapisan, ketebalan 2 - 8 meter. Batugamping ini tersusun oleh mineral kalsit (CaCo3), terjadi secara organik, mekanik atau kimia. Batugamping ini pada umumnya membentuk perbukitan merupakan areal perladangan dan semak belukar. Potensi bahan galian Batugamping di Kecamatan Juhar, terdapat di desa Kidupen dan desa Pergendangan, di Kecamatan Payung, terdapat di desa Tanjung Mbelang, sedangkan di Kecamatan Tiga Binanga terdapat di desa Lau Kapur, pada umumnya dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan beraspal dengan kondisi jalan baik (Foto 11,12 dan 13). Berdasarkan hasil analisa kimia contoh Batugamping, memperlihatkan komposisi sebagai berikut : SiO2 = 37,96 %, TiO2 = 0,85 %, Al2O3 = 35,95 %, Fe2O3 = 2,95 %, CaO = 4,47 %, MgO = 6,82 %, MnO = 0,02 %, H2O = 10,98 %, sedangkan sifat fisik menunjukkan berat jenis 2,45 gr/Cm� dan kuat tekan = 4,46 Kg/Cm� (Lokasi Kidupen). Perkiraan luas penyebaran sekitar 1.210 Ha. Penggunaan batugamping tergantung pada sifat-sifat fisik dan kimianya. Penggunaan sebagai bahan bangunan ditentukan oleh sifat fisiknya, sedangkan sebagai bahan industri ditentukan oleh sifat kimianya. Batugamping banyak digunakan sebagai bahan baku semen, karbid, bahan pemutih, penetral keasaman tanah dalam pertanian, pupuk industri, keramik, bahan bangunan, bahan ornamen, pengembang dan pengisi dalam industri cat, kertas, karet, kaca dan plastik serta dalam industri farmasi, kosmetik dan industri kimia lainnya. Disamping itu, daerah yang mempunyai topografi karst dapat dikembangkan menjadi objek wisata.
f. K a l s i t :
Kalsit umumnya ditemukan berupa urat-urat kalsit pada rekahan rekahan batugamping/marmar, ketebalan urat-urat kalsit bervariasi dari 1 - 5 cm, berwarna putih, belahan 3 arah, mudah pecah pada bidang belahannya, penyebarannya setempat-setempat. Kalsit terjadi karena penghabluran kembali larutan batugamping akibat pengaruh airtanah. Kalsit umumnya ditemukan pada pengisian rongga-rongga, rekahan atau kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya hanya setempat-setempat dan tidak potensi untuk ditambang. Kalsit terdapat di desa Paya Mbelang, Kecamatan Lau Baleng. Daerah tersebut dapat dijangkau dengan kenderaan roda empat melalui jalan desa sekitar 6 - 8 Km. Kalsit biasanya digunakan untuk pemutih dan pengisi, cat, gelas, plastik dan bahan pelapis kertas. Dengan adanya perubahan teknik pembuatan kertas dari asam ke netral atau alkali, maka penggunaan kaolin sebagai bahan pelapis digantikan oleh kalsit.
g. A n d e s i t :
Bahan galian andesit, berupa lava andesit, berwarna abu-abu - gelap, kompak, keras, masif, rekah-rekah, sedikit berpori, tekstur afanitik, dan disusun oleh mineral utama plagioklas, hornblende, biotit dan piroksin, umumnya membentuk perbukitan menyebar ke arah selatan dan barat meliputi daerah Berastagi, Kabanjahe dan Surbakti. Bahan galian andesit ini umumnya menempati daerah pemukiman, perkebunan bunga, perladangan dan hutan (Foto 14). Bahan galian andesit dijumpai di Kecamatan Berastagi (Berastagi), Kecamatan Kabanjahe (Kabanjahe) dan Kecamatan Simpang Empat (Surbakti), daerah tersebut dapat dijangkau dengan kondisi jalan beraspal. Kegunaan bahan galian andesit ini terutama untuk bahan bangunan (agregat) dan batu hias (ornamental stone).
h. Pasir dan Batu (S i r t u) :
Pasir dan batu (sirtu) merupakan batuan hasil rombakan dari batuan asal yang tidak terkonsolidasi. Sirtu ini pada umumnya ditemukan pada aliran sungai. Potensi bahan galian sirtu di daerah ini tersebar dan sebagian telah dimanfaatkan. Pasir dan batu di daerah ini tersebar, pada umumnya terdapat di aliran sungai dan sebagian telah dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sirtu dapat digunakan dalam sektor konstruksi, seperti bangunan perumahan, banguanan pertokoan, bangunan perkantoran, jembatan, dan jalan serta fondasi.
Tabel 1. Potensi Bahan Galian Golongan C Daerah Kabupaten Karo
NO. | BAHAN GALIAN | LOKASI | LUAS (Ha) | KETERANGAN |
1. | Marmar | Kec.Kutabuluh Lau Buluh | � 2.175 | Berwarna putih keabu-abuan- Kekuningan-kemerahan, kom-pak, keras,terkekarkan kuat. |
Kec. Lau Baleng Mbal-mbal Petarum Paya Mbelang | � 1.950 | Berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, kompak, keras,terkekarkan kuat.,terisi mineral kalsit. | ||
Kec. Mardinding Lau Solu | � 9.975 | Berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, kompak, keras,terkekarkan kuat.,terisi mineral kalsit. | ||
2. | Dolomit | Kec. Kutabuluh Lau Buluh Genting | � 675 | Berwarna putih keabu-abuan- Kekuningan-kemerahan, kom-pak, keras,terkekarkan kuat. |
Kec. Payung Susuk Kutakepar | � 2.525 | Berwarna putih keabu-abuan- Kekuningan-kemerahan, kom-pak, keras,terkekarkan kuat. | ||
3. | Batugamping | Kec. Juhar Kidupen Pergendangan | � 525 � 260 | Berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, kompak, keras,terkekarkan kuat.,terisi mineral kalsit. |
Kec. Payung Tj. Mbelang | � 125 | Berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, kompak, keras,terkekarkan kuat.,terisi mineral kalsit. | ||
Kec. Tiga Binanga Lau Kapur | � 300 | Berwarna abu-abu gelap - agak kemerahan, kompak, keras,terkekarkan kuat.,terisi mineral kalsit. | ||
4. | Trass | Kec. Payung Nari Gunung | - | Berwarna putih keabu-abuan, merupakan lapisan endapan dari tufa Toba, bersifat tufa riolitik, umumnya terdapat pada tebing perbukitan, mudah diremas. |
5. | Andesit | Kec. Kabanjahe Kabanjahe (Km. 55 dari Medan) | - | Berwarna abu-abu - gelap, keras, kompak, masif, sebagian bersifat lava andesit, Sedikit berpori,tekstur afani-tik,komposisi plagioklas, bio-tit,hornblende. |
6. | Fospat | Kec. Kutabuluh Lau Buluh | - | Berwarna kekuningan,berupa serbuk,lepas.berupa guano. |
7. | Kalsit | Kec. Lau Baleng Paya Mbelang | - | Berwarna kekuningan-cerah, keras,kompak,pecah-pecah melalui bidang belahan. |
8. | Sirtu | Tersebar pada daerah Kabupaten | - |
Tabel 2. Titik Koordinat Bahan Galian Golongan C Kabupaten Karo
NO. | BAHAN GALIAN | LOKASI | TITIK KOORDINAT | KETERANGAN |
1. | Marmar | Kec.Kutabuluh Lau Buluh | N 03�11'11,7" E 98�16'3,9" | |
Kec. Lau Baleng Mbal-mbal Petarum Paya Mbelang | ||||
Kec. Mardinding Lau Solu | ||||
2. | Dolomit | Kec. Kutabuluh Lau Buluh Genting | N 03�11'59" E 98�16'13" N 03�10'41,2" E 98�16'31,1" | |
Kec. Payung Susuk Kutakepar | N 03�09'51,6" E 98�20'04,8" N 03�10'26,1" E 98�19'47,5" | N30�E, Jarak 300 Meter | ||
3. | Batugamping | Kec. Juhar Kidupen Pergendangan | N 03�01'23,5" E 98�14'44,6" N 03�02'30,3" E 98�14'58,4" | N270�E, Jarak 500 Meter |
Kec. Payung Tj. Mbelang | ||||
Kec. Tiga Binanga Lau Kapur | N 03�03'32,4" E 98�12'31,9" | N190�E, Jarak 100 Meter | ||
4. | Trass | Kec. Payung Nari Gunung | N 03�09'17,2" E 98�18'52,8" | |
5. | Andesit | Kec. Kabanjahe Kabanjahe (Km. 55 dari Medan) | N 03�14'29,6" E 98�32'11,9" | |
6. | Fospat | Kec. Kutabuluh Lau Buluh | N 03�11'12,1" E 98�16'04,3" | |
7. | Kalsit | Kec. Lau Baleng Paya Mbelang | - | |
8. | Sirtu | Tersebar pada daerah Kabupaten | - |
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Kabupaten Karo memiliki bahan galian Golongan C seperti, dolomit, marmar, batugamping, trass, andesit, fospat, kalsit dan sirtu V.1. Dampak Negatif Penambangan.
5.2. S a r a n
1. Diperlukan data akurat terhadap jumlah cadangan terukur bahan galian Golongan C daerah Kabupaten Karo
2. Untuk mendapatkan data yang akurat terutama sebaran dan jumlah cadangan terukur, perlu dilakukan penyelidikan detail lagi termasuk kegiatan pemboran inti, pemetaan dan pengukuran.
3. Sejalan dengan otonomi daerah, diperlukan promosi investasi dari potensi bahan galian yang ada serta penunjang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy M. Barus, dkk,1999, Pemetaan Geologi Pengembangan Wilayah Daerah Tanjung Barus dan Sekitarnya, Eks. Kantor Wilayah Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Prop. Sumutera Utara.
2. Dinas Pertambangan Prop. Sumatera Utara, Penyusunan Tata Ruang Bahan Galian Golongan C Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
3. Hanafi Harahap, 1994, Sumberdaya Mineral Indonesia, Bahan Kursus, PPTP, Bandung.
4. Nasril, 2000, Potensi Bahan Galian Mineral dan Energi Daerah-Daerah Kabupaten Propinsi Sumatera Utara. Eks Kanwil Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Propinsi Sumatera Utara.
5. Cameron, N.K., dkk., 1982, Geologi Lembar Pancur Batu, PPPG, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar